7 Oktober 2015

Analisis Spasial Dalam Pengembangan PD. BPR BKK Kebumen

Bab I Gambaran Umum Kabupaten Kebumen

1.1. Kondisi Geografis

Kabupaten Kebumen merupakan kabupaten yang terletak di bagian selatan Provinsi Jawa Tengah yang berbatasan dengan Kabupaten Purworejo di sebelah timur, Samudera Hindia di sebelah selatan, Kabupaten Cilacap dan Banyumas di sebelah barat serta Kabupaten Wonosobo dan Banjarnegara di sebelah utara. Secara geografis Kabupaten Kebumen terletak pada 7°27' - 7°50' Lintang Selatan dan 109°22' - 109°50' Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten Kebumen sebesar 128.111,50 hektar atau 1.281,115 km².

1.2. Administratif

Kabupaten Kebumen terdiri dari 26 kecamatan yang terbagi menjadi 11 kelurahan dan 449 desa. Pada tahun 2013 jumlah Rukun Warga (RW) sebanyak 1.930 RW dan dibagi menjadi 7.127 RT. Kecamatan yang membawahi desa terbanyak yaitu Kecamatan Ambal dengan jumlah desa sebanyak 32 desa yang terbagi menjadi 113 RW dan 313 RT. Kemudian Kecamatan Kebumen dengan 29 desa/kelurahan, 138 RW dan 554 RT. Sedangkan kecamatan yang paling sedikit jumlah desanya yaitu Kecamatan Sadang yang hanya berjumlah 7 desa. Kecamatan Sadang merupakan kecamatan dengan kategori daerah tersulit di kabupaten ini.

1.3. Topografi

Kondisi wilayah Kabupaten Kebumen sebagian besar merupakan dataran rendah. dan beberapa wilayah merupakan daerah pantai dan perbukitan. Kondisi tersebut membawa konsekuensi munculnya keberagaman perilaku masyarakat terutama perbedaan mata pencaharian.

1.4. Laju Pertumbuhan Penduduk

Secara Agregat penduduk Kabupaten Kebumen pada tahun 2013 tercatat 1.176.662 jiwa, tumbuh sebesar 0,60% dari tahun sebelumnya, dengan jumlah rumah tangga sebanyak 316.159 rumah tangga sehingga rata-rata jumlah jiwa per rumah tangga sebesar 4 jiwa. Kepadatan penduduk Kabupaten Kebumen sebesar 918 jiwa/km², dengan Kecamatan Kebumen merupakan daerah terpadat penduduknya dengan 2.882 jiwa/km² dan Kecamatan Sadang merupakan daerah terjarang penduduknya dengan 334 jiwa/km²..

Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 586.021 jiwa dan perempuan sebanyak 590.641 jiwa dengan sex rasio sebesar 99. Ditinjau dari persebaran penduduknya, penduduk terbanyak di Kecamatan Kebumen, yaitu sebesar 10,30%, dan penduduk paling sedikit di kecamatan Padureso sebesar 1,13% dari seluruh penduduk Kabupaten Kebumen. Dilihat menurut kelompok umur, penduduk dibawah 15 tahun tercatat 311.020 jiwa(26,34%) dan penduduk 65 tahun keatas tercatat sebanyak 114.474 jiwa (9,70%), sedang penduduk 15-64 tahun sebanyak 755.162 jiwa (63,96%).


Gambar 1. Peta Administrasi Kabupaten Kebumen
Sumber: RTRW Kabupaten Kebumen Tahun 2011-2031


2.1. Kondisi dan Struktur Ekonomi

Untuk melihat struktur perekonomian di Kabupaten Kebumen, salah satunya dengan melihat Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang menggambarkan kontribusi masing-masing lapangan usaha. Dari data yang ada, ternyata perekonomian Kabupaten Kebumen masih didominasi sektor pertanian yaitu 37,01% pada tahun 2012. Bahkan pada Kecamatan Puring dominasi sektor pertanian mencapai 62,32%. Sedangkan kecamatan yang kontribusi sektor pertaniannya paling kecil terhadap struktur ekonomi adalah Kecamatan Pejagoan. Sektor pertanian ini didukung sub sektor tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan perikanan. Sebagian besar penduduk Kabupaten Kebumen bekerja di sektor ini yang mencapai 52,85% atau 338.910 jiwa. Sektor lain yang menonjol adalah sektor industri yang tiap tahun kontribusinya selalu meningkat. Pada sektor ini didominasi oleh industri rumah tangga khususnya industri makanan olahan sebanyak 35.099 unit yang mampu menyerap tenaga kerja sebesar 75.410 orang. Meskipun pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kebumen selalu positif, namun belum cukup signifikan untuk meningkatkan pendapatan perkapitanya. Hal ini karena nilai tambah dari sektor pertanian dan industri pengolahan masih kecil/rendah.

Gambar 2. Struktur Ekonomi Kabupaten Kebumen


Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011 – 2012 dan Peranan Tahun 2012 di Kabupaten Kebumen (Persen)
          Sumber: BPS Kabupaten Kebumen

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kebumen pada tahun 2012 lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi tahun 2011. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi tahun 2012 disebabkan naiknya pertumbuhan sektor pertanian yang menyumbang peranan paling besar dibandingkan sektor-sektor lainnya yaitu sebesar 34,26 untuk PDRB Berlaku dan 37,01 untuk PDRB Konstan 2000. Perubahan sedikit saja pada sektor pertanian berdampak pada terjadinya gejolak pertumbuhan ekonomi secara agregat.

Pada tahun 2012 menurut harga konstan 2000, enam sektor yang pertumbuhannya diatas pertumbuhan agregat PDRB (5,47 persen) yaitu sektor pertanian, sektor industri pengolahan, sektor bangunan, dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sedangkan sektor lain yang pertumbuhannya di bawah pertumbuhan agregat PDRB adalah sektor pertambangan dan penggalian, sektor listrik, gas dan air, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor lembaga keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan sektor jasa-jasa.

Sektor penggalian tumbuh 5,34 persen, lebih lambat daripada pertumbuhan di tahun sebelumnya yang mencapai 8,74 persen. Sedangkan sektor industri pengolahan tumbuh lebih cepat dari tahun 2011 yaitu 5,68 persen. Pertumbuhan pada sektor industri pengolahan terutama dipicu oleh pertumbuhan pada sub sektor industri makanan dan tembakau.

Sektor bangunan dan konstruksi mengalami peningkatan yang cukup tinggi yaitu sebesar 6,27 persen pada tahun 2012. Hal tersebut diakibatkan karena banyaknya proyek infrastruktur berupa gedung kantor, pasar dan proyek pembangunan rumah tinggal (perumahan) yang dilaksanakan pada tahun 2012.

Sedangkan sektor listrik, gas dan air bersih mengalami perlambatan pertumbuhan yaitu dari 4,29 pada tahun 2011 menjadi 4,22 pada tahun 2012. Dari data yang ada, diperoleh informasi bahwa penurunan tersebut diakibatkan karena penurunan m3 air yang disalurkan. Sektor perdagangan, hotel dan restoran mengalami pertumbuhan 5,47 persen dibandingkan tahun 2011. Pertumbuhan tersebut didukung oleh pertumbuhan semua sub sektornya yaitu sub sektor perdagangan besar dan eceran tumbuh 5,40 persen, sub sektor hotel tumbuh 7,16 persen dan sub sektor restoran tumbuh 5,70 persen.

Gambar 3. Pertumbuhan Ekonomi Kebupaten Kebumen
Sumber: BPS Kabupaten Kebumen

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kebumen tidak merata. Ada beberapa kecamatan yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang sangat tinggi dan beberapa kecamatan sangat rendah. Kecamatan-kecamatan dengan pertumbuhan sangat tinggi yaitu Kecamatan Karanganyar, Sruweng, Puring, Klirong, dan Mirit. Kecamatan yang pertumbuhan ekonominy sangat rendah yaitu Kecamatan Gombong, Alian, Poncowarno, Padureso, dan Ambal.

2.2. Pertanian

Kabupaten Kebumen merupakan salah satu kabupaten penyangga pangan pokok khususnya padi di Jawa Tengah. Pada tahun 2013, produksi padi (padi sawah dan padi ladang) mengalami penurunan sebesar 11,97% dibandingkan dengan tahun 2012, atau dari 480.338,29 ton menjadi 422.834,61 ton. Sedangkan untuk luas panen padi justru meningkat sebesar 2,46% dalam periode yang sama. Penurunan produksi padi tahun 2013 disebabkan menurunnya produktivitas. Produktivitas padi pada tahun 2013 menurun dibandingkan tahun 2012 yaitu dari 6,17 ton/hektar pada tahun 2012 menjadi 5,30 ton/hektar pada tahun 2013.

Selain sebagai produsen padi, Kabupaten Kebumen juga merupakan produsen berbagai tanaman palawija (jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, kacang kedelai, dan kacang hijau). Pada tahun 2013 semua komoditas palawija mengalami penurunan produksi. Produksi komoditas jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, kedele, kacang hijau menurun masing-masing sebesar 0,31%, 3,27%, 19,43%, 23,73%, 49,72%, dan 25,15% dibandingkan tahun 2012. Kabupaten Kebumen merupakan salah satu produsen ketela pohon dengan potensinya berada kecamatan yang ada di wilayah bagian utara dan Kecamatan Karanggayam merupakan kecamatan produsen ketela pohon terbesar di Kabupaten Kebumen pada 2013.

2.3. Industri

Berdasarkan klasifikasi Dinas Perindagsar Kabupaten Kebumen pada tahun 2013 di Kabupaten Kebumen terdapat 5 perusahaan industri besar, yang berlokasi di Kecamatan Petanahan, Kebumen, Sempor, Gombong dan Buayan. Untuk perusahaan Industri Menengah tercatat 9 perusahaan, yang terdiri dari: 5 perusahaan Industri Kayu dan Barang dari Kayu, 1 perusahaan Industri Kertas dan Barang dari Kertas, 1 perusahaan Industri Kimia dan Barang dari Kimia, Batu Bara, Karet dan Plastik, 1 Perusahaan Industri Barang dari Logam, Mesin dan Peralatannya, dan 1 perusahaan Industri Makanan, Minuman dan Tembakau.

Untuk klasifikasi Industri Kecil dari 4.430 perusahaan yang ada, 1.470 perusahaan atau 33,18% diantaranya bergerak dalam industri barang galian bukan logam kecuali minyak bumi dan batu bara, 92 (2,08%) industri barang dari logam, mesin dan peralatannya, 943 (21,29%) perusahaan industri kayu dan barang dari kayu dan 1.089 (24,58%) perusahaan industri makanan, minuman dan tembakau. Sedangkan untuk Industri Kerajinan Rumah Tangga yang berjumlah 48.336 perusahaan, 33.409 perusahaan (71,19%) diantaranya adalah Industri Makanan, Minuman dan Tembakau.

2.4. Perdagangan

Pembangunan sektor perdagangan di Kabupaten Kebumen menunjukkan kinerja yang menggembirakan. Sektor perdagangan, hotel dan restoran mengalami pertumbuhan 5,47 persen dibandingkan tahun 2011. Pertumbuhan tersebut didukung oleh pertumbuhan semua sub sektornya yaitu sub sektor perdagangan besar dan eceran tumbuh 5,40 persen, sub sektor hotel tumbuh 7,16 persen dan sub sektor restoran tumbuh 5,70 persen.

2.5. Usaha Mikro Kecil dan Menengah

Data Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dari Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah menunjukkan pada tahun 2013 di Kabupaten Kebumen terdapat sekitar 40.790 unit UMKM yang tersebar di 26 kecamatan yang ada. Dari jumlah tersebut terdiri dari usaha industri sebanyak 10.216 unit (25,05%), pedagang yang berlokasi di luar pasar sebanyak 12.578 unit (30,84%), pedagang yang berada di pasar kabupaten sebanyak 13.754 unit (33,72%) dan pedagang yang berada di pasar desa sebanyak 4.242 unit (10,40%).
Gambar 4. Peta Sebaran Industri Kecil dan Industri Rumah Tangga di Kabupaten Kebumen
Sumber: BPS Kabupaten Kebumen

2.6. Kondisi Perbankan

Aktivitas perbankan di Kabupaten Kebumen berdasarkan data Bank Indonesia, pada tahun 2013 dapat digambarkan sebagai berikut: total asset perbankan (bank umum dan BPR) yang berada di wilayah Kabupaten Kebumen sebesar Rp.3.075.882,00 juta meningkat 17,54% dibanding tahun sebelumnya. Dana simpanan masyarakat mencapai angka Rp.3.058.648,00 juta yang terdiri atas giro (7,71%), simpanan berjangka 22,19% serta tabungan 69,79%. Dari ketiga jenis simpanan masyarakat tersebut yang mengalami peningkatan paling besar adalah giro yang meningkat 62,91% dari tahun sebelumnya, simpanan berjangka meningkat 13,81% sedangkan tabungan mengalami peningkatan sebesar 0,49% saja dibanding tahun sebelumnya. Pinjaman yang disalurkan perbankan di wilayah Kabupaten Kebumen selama tahun 2013 berjumlah Rp.3.029.222 juta, meningkat 17,83% dibanding tahun 2012.

Gambar 5. Aktivitas Perbankan (Bank Umum dan BPR) di Kabupaten Kebumen tahun 2009 – 2013 (Juta Rp.)
Sumber: BPS Kabupaten Kebumen

Berdasarkan jenis penggunaannya, kredit investasi mengalami pertumbuhan yang tertinggi yaitu 34,53%. Kredit modal kerja dan kredit konsumsi masing-masing tumbuh sebesar 21,05% dan 12,40%. Adapun porsi terbesar masih didominasi oleh kredit konsumsi dan kredit modal kerja dengan porsi masing-masing 46,96% dan 44,69%, sedangkan kredit investasi sebesar 8,35% dari total kredit. Secara sektoral, pertumbuhan kredit terbesar terjadi pada sektor listrik, gas, dan air yang tumbuh sebesar 4.072,87% diikuti sektor pertambangan dan penggalian yang tumbuh sebesar 75,64%.

Sektor UMKM masih menjadi sektor yang menarik dibiayai oleh perbankan sebagaimana tercermin pada peningkatan pembiayaan kepada sektor UMKM. Kredit UMKM pada tahun 2013 mengalami pertumbuhan sebesar 24,77%, secara nominal mencapai angka Rp.1.311.427 juta. Berdasarkan sektornya, penyaluran kredit UMKM di Kebumen sebagian besar diserap oleh Sektor Perdagangan Hotel dan Restauran, Sektor Industri Pengolahan dan Sektor Pertanian dengan persentase masing-masing sebesar 78,62%, 7,01%, dan 3,54% dari total kredit UMKM yang disalurkan. Penyaluran Kredit Skala Kecil dan Mikro mendominasi penyaluran kredit UMKM di Kebumen, dengan pangsa kredit masing-masing sebesar 43,95% dan 44,37% dari total penyaluran kredit UMKM. Sedangkan kredit skala Menengah hanya 11,68% saja dari total penyaluran kredit UMKM.


3.1. Jangkauan Pelayanan

PD. BPR BKK Kebumen sampai saat ini mempunyai satu kantor pusat berada di Jl. HM Sarbini No. 30 Kebumen dan 19 kantor cabang yang tersebar di 19 kecamatan. PD. BPR BKK Kebumen tidak diperbolehkan melakukan ekspansi membuka kantor cabangnya diluar wilayah Kabupaten Kebumen. Meskipun belum semua kecamatan terdapat kantor cabang, tetapi diharapkan dapat melayani semua masyarakat di Kabupaten Kebumen, bahkan dengan prinsip penjual, PD. BPR BKK dapat menjual produknya meskipun pembelinya berasal dari luar wilayah Kabupaten Kebumen. Hanya saja, penempatan kantor cabang BPR BKK Kebumen yang terpusat di pusat kota kecamatan menjadikan tidak semua wilayah dapat terlayani secara baik karena letaknya terlalu jauh, terutama bagi wilayah pinggiran (perbatasan).

Gambar 6. Peta Jangkauan Layanan PD BPR BKK Kebumen

3.2. Pertimbangan Penempatan Kantor Cabang

Pada awal berdirinya, BKK ditempatkan berdasarkan wilayah administratif tingkat kecamatan sebagai badan kredit yang bertujuan untuk menghilangkan pola pembiayaan ijon/rentenir dengan modal awal Rp. 1.000.000,00. Namun dalam perkembangannya kemudian BKK menjadi bank perkreditan rakyat, pertimbangan penempatan kantor cabang PD. BPR BKK Kebumen dilakukan atas pertimbangan-pertimbangan, antara lain: Pertumbuhan ekonomi wilayah, sektor unggulan, pendapatan perkapita masyarakat, mata pencaharian penduduk, keberadaan pusat-pusat ekonomi (pasar, TPI, supermarket, bank, dan lain-lain), serta fasilitas-fasilitas lain yang menjadi pendukung baik internal maupun eksternal.

Pada waktu yang bersamaan, BPR dan Bank Umum tumbuh semakin subur seiring dengan makin meningkatnya aktivitas perekonomian di wilayah Kabupaten Kebumen. Kondisi ini harus diantisipasi oleh PD. BPR BKK dengan strategi mengelola segmen pasar spesifik yang dimilikinya.

Gambar 7. Peta Perbandingan Jangkauan Layanan PD BPR BKK Kebumen dengan Bank Bank Rakyat Indonesia Tbk.

3.3. Pembiayaan Usaha Sektor Potensial

Pertimbangan pembiayaan usaha selain kelayakan usaha juga disesuaikan dengan potensi yang ada pada masing-masing wilayah. Pada daerah pesisir, sebagian besar mata pencahariannya adalah nelayan, maka sektor perikanan menjadi sektor yang paling banyak mendapat pembiayaan usaha, disusul oleh sektor lain yang berkaitan langsung dengan sektor perikanan. Sedangkan pada daerah pegunungan dan dataran rendah (pedesaan), sektor pertanian adalah sektor yang paling banyak mendapat pembiayaan usaha. Pada kawasan perkotaan, sektor industri, perdagangan, dan jasa adalah sektor yang paling banyak mendapat pembiayaan usaha.

BAB IV Penutup

4.1. Kesimpulan

Dari studi lapangan dengan tema “Pembiayaan pembangunan daerah melalui pengembangan BPR di Kabupaten Kebumen” peserta diklat dapat mengetahui secara lebih dekat tentang gambaran umum, kondisi perekonomian dan BPR yang dikelola oleh pemerintah Kabupaten Kebumen. Salah satu tujuan dikembangkannya Badan Kredit Daerah (BKK) menjadi Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat (PD. BPR BKK) adalah menunjang program pemerintah daerah Kabupaten Kebumen dibidang ekonomi, keuangan dan industri bank perkreditan rakyat.

Dari aspek spasial, PD. BPR BKK Kebumen tersebar di 19 ibukota kecamatan dan 1 kantor pusat yang terletak di kota Kebumen. Sampai saat ini belum/pernah melakukan penambahan kantor cabang baru karena lokasi kantor cabang yang ada saat ini masih dianggap dapat menjangkau seluruh wilayah kecamatan yang ada di Kabupaten Kebumen. Disisi lain persaingan yang dihadapi cukup berat dengan tumbuh suburnya BPR swasta apalagi Bank Umum seperti Bank Rakyat Indonesia.

Dengan prestasi yang telah diraih, yaitu 10 penghargaan dari lembaga independen sejak 2009 hingga 2014 diharapkan PD. BPR BKK Kebumen dapat membiayai pembangunan di Kabupaten Kebumen.

4.2. Saran

  1. Untuk memperluan jangkauan pelayanan perlu dikembangkan kantor cabang di seluruh kota kecamatan karena sampai saat ini baru 20 kantor cabang di kota kecamatan dari 26 kecamatan yang ada di Kabupaten Kebumen.
  2. Ditinjau dari segi keruangan perlu dikembangkan layanan perkreditan sesuai dengan tema ekonomi di setiap wilayah kecamatan, dimana secara umum wilayah Kabupaten terbagi kedalam tiga kawasan ekonomi berdasarkan topografinya. Kawasan sebelah utara sebagai daerah yang berbukit/pegunungan matapencaharian masyarakatnya akan berbeda dengan kawasan tengah (dataran, persawahan), serta kawasan pesisir di bagian selatan dimana sebagian besar matapencaharian masyarakatnya sebagai nelayan.

Pengembangan Minapolitan di Kabupaten Cilacap

I.              Gambaran Umum
Luas wilayah Kabupaten Cilacap tercatat 225.361 Ha (termasuk Pulau Nusakambangan seluas 11.511 Ha). Secara geografis terletak diantara 108o 4’ 30” – 109o 30’ 30” Garis Bujur Timur dan 7o 30’ - 7o 45’ 20” Garis Lintang Selatan. Sedangkan secara topografi, Kabupaten Cilacap berada pada ketinggian antara 6 – 198 meter di atas permukaan laut. Di bagian selatan wilayah Kabupaten Cilacap yang membatasi Segara Anakan dan Samudra Hindia terdapat Pulau Nusakambangan yang memanjang dari arah barat ke timur dengan jarak kurang lebih 30 kilometer. Wilayah Kabupaten Cilacap mempunyai topografi yang beragam, namun kondisi topografi rata-rata merupakan dataran rendah.

Secara administratip Kabupaten Cilacap terbagi menjadi 24 kecamatan yang terdiri dari 269 desa dan 15 kelurahan. Luas yang ada terdiri dari 64.744 hektar (30,27 persen) lahan sawah, 60.084 hektar (28,10 persen) lahan bukan sawah dan 89.022 hektar (41,63 persen) lahan bukan pertanian. Kecamatan terluas adalah kecamatan Wanareja (18.973 hektar), sedangkan kecamatan terjauh dari ibu kota kabupaten adalah Kecamatan Dayeuhluhur (107 km).

II.           Potensi Wilayah
Kabupaten Cilacap memiliki potensi perikanan yang sangat besar, yang terdiri dari perikanan air tawar, air payau dan perikanan air laut (perikanan tangkap). Perikanan tangkap di Kabupaten Cilacap sangat potensial untuk berkembang karena ditunjang oleh keberadaan garis pantai yang cukup panjang. Kabupaten Cilacap memiliki panjang pantai ± 103 km, yang tersebar di 11 kecamatandan 73 desa. Selain itu, sektor perikanan tangkap di Kabupaten Cilacap juga didukung sarana dan prasarana berupa Pelabuhan Perikanan Samudra Cilacap sebanyak 1 unit, Dermaga Tambatan Labuh sebanyak 7 unit, Perbengkelan Mesin Kapal sebanyak 4 unit, Tempat Pelelangan Ikan (TPI) sebanyak 11 unit, Depot BBM sebanyak 4 unit, galangan kapal sebanyak 4 unit, dan pabrik es sebanyak 5 unit.

Produksi perikanan air laut merupakan yang terbesar dibandingkan produksi perikanan lainnya. Pada tahun 2012, produksi perikanan tangkap sebesar 21.886 ton, sedangkan perikanan air tawar sebesar 3.952 ton dan perikanan air payau hanya sebesar 1.106 ton. Sentra penghasil perikanan tangkap di Kabupaten Cilacap tersebar di Kecamatan Cilacap Selatan, Cilacap Tengah, Cilacap Utara, Nusawungu, Kesugihan, dan Adipala. Sentra penghasil perikanan air tawar tersebar di hampir semua kecamatan, dengan sentra produksi terbesarnya di Kecamatan Wanareja, Maos, dan Dayeuhluhur. Sedangkan untuk penghasil perikanan air payau tersebar di Kecamatan Kawunganten, Kampunglaut, Bantarsari, Jeruklegi, Adipala, Cilacap Tengah, Cilacap Utara, dan Patimuan.

Berdasarkan data dari Dinas Kelautan, Perikanan dan Pengelola Sumber Daya Segara Anakan Kabupaten Cilacap, menunjukkan untuk produksi penangkapan ikan di laut pada tahun 2013 sebesar 15.408,934 ton dengan nilai produksi besar Rp. 274.156.709.000, produksi budidaya air tawar (kolam) sebesar 3.977,208 ton dengan nilai produksi Rp. 78.642.040.000, penangkapan ikan di air payau (tambak) dengan produksi sebesar 1.737,228 ton dengan nilai produksi Rp.  48.797.478.000, penangkapan ikan di perairan umum sungai sebesar 1.404,392 ton dengan nilai produksi Rp. 44.069.330.000, penangkapan ikan di genangan air dengan produksi sebesar 129,024 ton dengan nilai produksi Rp.  2.537.142.000 dan penagkapan ikan di perairan umum rawa sebesar 67,614 ton dengan nilai produksi Rp. 352.849.000.

Gambar 1.
Grafik Produksi Perikanan Air Tawar Tiap Kecamatan di Kabupaten Cilacap Tahun 2012
 Sumber: BPS Kabupaten Cilacap (2013)

Gambar 2.
Grafik Produksi Perikanan Air Payau Tiap Kecamatan di Kabupaten Cilacap Tahun 2012
Sumber: BPS Kabupaten Cilacap (2013)

Gambar 3.
Grafik Produksi Perikanan Air Laut Tiap Kecamatan di Kabupaten Cilacap Tahun 2012
Sumber: BPS Kabupaten Cilacap (2013)

Tabel 1.
 Produksi dan Nilai Produksi Perikanan di Kabupaten Cilacap Tahun 2011 - 2013
Jenis Perairan
Produksi (ton)
Nilai (000.000 Rp)
2011
2012
2013
2011
2012
2013
(1)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
1.     Air payau (tambak)
2.     Laut
3.     Air tawar (kolam)
4.     Perairan umum (rawa)
5.     Genangan air
6.     Perairan  umum (sungai)
1.058,79
16.783,78
3.900,27
146,562
269,25
592,54
1.106,103
21.866,321
3.952,242
79,148
100,570
1.027,094
1.737,228
15.408,934
3.977,208
67,615
129,024
1.404.392
20.738,23
151.311,87
63.074,29
1.742,41
2.707,90
3.856,66
26.677,371
284.936,762
73.411,897
925,340
1.284,120
12.619,563
48.797,478
274.156,709
78.642,040
352,849
2.537,142
44.069,331
  Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Cilacap
Sektor perikanan juga banyak menyerap tenaga kerja. Menurut BPS, pada tahun 2012 saja terdapat 18.806 nelayan di Kabupaten Cilacap. Jumlah ini cukup besar, apalagi jika ditambah dengan jumlah petani ikan dan juga orang-orang yang terlibat dalam usaha pengolahan dan perdagangan hasil perikanan.

III.        Permasalahan
Meskipun potensi perikanan di Kabupaten Cilacap Sangat besar dan mampu menyerap banyak tenaga kerja, namun pengembangan sektor pertanian masih kurang mendapat perhatian dibandingkan sektor yang lain. Akibatnya, sektor perikanan menjadi kurang berkembang sehingga kontribusinya terhadap perekonomian di Kabupaten Cilacap menjadi kecil, hanya menyumbang 1,74% dari PDRB Kabupaten Cilacap pada tahun 2013 dan cenderung menurun dari tahun ke tahun.

Tabel 2.
Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tanpa Migas, Kabupaten Cilacap Tahun 2009 - 2013
LAPANGAN USAHA
2009
2010
2011
2012
2013
1
Pertanian
32,71
32,30
31,34
30,36
29,40

a. Tanaman Bahan Makanan
23,60
22,99
22,06
21,17
20,33

b. Tanaman Perkebunan
2,29
2,73
2,79
2,81
2,79

c. Peternakan dan Hasil-hasilnya
3,64
3,49
3,46
3,40
3,40

d. Kehutanan
1,30
1,25
1,23
1,18
1,13

e. Perikanan
1,88
1,85
1,81
1,79
1,74
2
Pertambangan dan penggalian
3,07
3,12
3,15
3,20
3,23
3
Industri pengolahan
19,27
19,24
19,59
19,93
20,24
4
Listrik, gas dan air bersih
0,83
0,81
0,80
0,82
0,84
5
Bangunan
4,81
4,95
5,09
5,19
5,31
6
Perdagangan
20,95
21,10
21,38
21,61
21,87
7
Pengangkutan dan komunikasi
5,69
5,76
5,88
5,97
6,01
8
Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
4,95
5,01
5,04
5,11
5,31
9
Jasa-jasa
7,70
7,71
7,74
7,82
7,78
PDRB
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
Sumber: BPS Kabupaten Cilacap (2014)

Potensi sektor perikanan yang besar di Kabupaten Cilacap belum dikembangkan secara maksimal. Hal ini terlihat dari belum berkembangnya industri pengolahan ikan maupu wisata kuliner. Hasil perikanan yang ada langsung dijual sehingga belum memberikan nilai tambah di sektor perikanan. Oleh karena itu, sektor perikanan perlu didorong untuk peningkatan produksi dan pengembangan industri pengolahan agar lebih berkembang sehingga sektor perikanan dapat meningkatkan kontribusinya terhadap perekonomian Kabupaten Cilacap dan lebih banyak menyerap tenaga kerja.

IV.        Kebijakan Pengembangan
Potensi perikanan yang  dimiliki oleh  Kabupaten Cilacap dapat dioptimalkan melalui pendekatan pengembangan  wilayah dengan menciptakan konektivitas hulu hilir usaha perikanan. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor:  PER.12/MEN/2010 tentang Minapolitan,  minapolitan  dimaknai sebagai  konsep pembangunan ekonomi di sektor kelautan dan perikanan dengan berbasis kawasan yang terintegrasi,  mengoptimalkan keunggulan komparatif dan kompetitif daerah sesuai dengan potensi yang ada dengan memperhatikan asas demokratisasi ekonomi kelautan dan perikanan yang pro rakyat, keberpihakan pemerintah pada masyarakat  kecil, serta penguatan peranan ekonomi daerah.

Minapolitan  bertujuan untuk meningkatkan  produksi, produktivitas dan kualitas  produk kelautan dan perikanan. Disamping itu dapat meningkatkan pendapatan bagi masyarakat atau  pelaku usaha dibidang kelautan dan perikanan; serta  pengembangan kawasan minapolitan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi. Pengembangan kawasan minapolitan  dimulai dari pembinaan unit produksi, pengolahan, dan/atau pemasaran yang terkonsentrasi di sentra produksi, pengolahan dan/atau pemasaran di suatu kawasan yang diproyeksikan atau direncanakan menjadi kawasan minapolitan yang dikelola secara terpadu.

Pembentukan kawasan minapolitan di Kabupaten Cilacap sangat tepat karena wilayah Kabupaten Cilacap memiliki beberapa keunggulan dibanding wilayah lainnya. Keunggulan tersebut diantaranya adalah keanekaragaman jenis perikanan, yaitu perikanan air laut, perikanan air payau, dan perikanan air tawar. Keunggulan lainnya adalah kelengkapan infrastruktur yang mendukung, seperti pelabuhan perikanan. Keunggulan-keunggulan tersebut diharapkan menjadi modal bagi pengembangan wilayah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kawasan minapolitan di Kabupaten Cilacap setidaknya ada 5 kawasan yang tersebar di semua wilayah. Penentuan ini dilakukan dengan pertimbangan potensi produksi masing-masing wilayah. Sedangkan penentuan kota mina dilakukan berdasarkan keunggulan yang dimiliki seperti letak geografis, kelengkapan infrastruktur, serta potensi pengembangan yang dimiliki. Pusat kota mina diharapkan menjadi pusat industri pengolahan dan pemasaran hasil produksi perikanan yang dipasok oleh sentra-sentra produksi. Pusat kota mina juga diharapkan dapat mendorong perkembangan sektor usaha lain yang berkaitan dengan sektor perikanan di seluruh wilayah kawasan minapolitan tersebut, seperti sektor jasa, keuangan, dan wisata.


Gambar 4. Peta Rencana Kawasan Minapolitan di Kabupaten Cilacap

Pengembangan minapolitan di Kabupaten Cilacap dapat dilakukan baik untuk perikanan budidaya (air tawar dan dan air payau) maupun periakanan tangkap (air laut). Kawasan minapolitan di Kabupaten Cilacap dapat dibagi menjadi beberapa kawasan:
1.             Kawasan Minapolitan I
Kawasan ini merupakan kawasan perikanan tangkap berpusat Kecamatan Cilacap Selatan, dengan sentra produksi meliputi: Cilacap Selatan, Cilacap Tengah, Cilacap Utara, dan Adipala.  Kawasan sangat potensial dikembangkan sebagai kawasan minapolitan perikanan tangkap karena perairan laut selatan Cilacap mempunyai potensi sebagai pusat ikan tuna, cakalang, dan udang yang bernilai ekonomis tinggi. Selain itu, kawasan ini didukung oleh keberadaan Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap (PPSC).
2.             Kawasan Minapolitan II
Kawasan ini merupakan kawasan perikanan budidaya air tawar, berupa lele, tawes, emas, nila, patin, lele, dan melem. Pusat kota mina terletak di Kecamatan Majenang dengan sentra produksi di Majenang, Wanareja, Cimanggu dan Dayeuhluhur. Letak geografis Majenang yang berada pada jalur transportasi nasional menuju Jawa Barat diharapkan memudahkan dalam pemasaran hasil produksi.
3.             Kawasan Minpolitan III
Kawasan ini merupakan kawasan perikanan budidaya air tawar, berupa gurami. Pusat kota mina terletak di Kecamatan Sampang dengan sentra produksi di Sampang, Maos, Kesugihan, dan Kroya. Letaknya yang strategis pada jalur transportasi nasional serta berbatasan langsung dengan Kabupaten Banyumas diharapkan dapat mendorong peningkatan pemasaran produksi. Selain itu wisata kuliner hasil perikanan juga sangat potensial dikembangkan kota Sampang.
4.             Kawasan Minapolitan IV
Kawasan ini merupakan kawasan perikanan budidaya air tawar, seperti: lele, tawes, emas, nila, patin, lele, dan melem. Pusat kota mina berada di Kecamatan Sidareja. Sentra produksi meliputi Kecamatan Cipari, Kedungreja, Gandrungmangu, dan Patimuan. Pengembangan minapolitan di kawasan ini diharapkan mendorong perekonomian masyarakat yang relatif tertinggal dibanding wilayah lain di Kabupaten Cilacap.
5.             Kawasan Minapolitan V
Kawasan ini merupakan kawasan budidaya periakanan air payau, seperti bandeng, kepiting, dan sidat. Pusat kota mina berada di Kecamatan Bantarsari, dengan sentra produksi meliputi Kecamatan Bantarsari, Kampunglaut, Jeruklegi, dan Kawunganten. Pada kawasan ini juga dapat dikembangkan wisata bahari dan wisata kuliner, terutama di Kecamatan Kampunglaut dengan Kawasan Laguna Segara Anakan.


Pengembangan minapolitan sangat potensial untuk diintegrasikan dengan pengembangan sektor lain, seperti pengembangan kawasan pariwisata. Pariwisata yang mungkin diintegrasikan dengan pengembangan kawasan minapolitan antara lain adalah wisata edukatif dan wisata kuliner. Wisata edukatif berupa proses budidaya dan pengolahan hasil produksi diharapkan meningkatkan ketertarikan masyarakat pada sektor perikanan serta meningkatkan tingkat konsumsi ikan yang masih rendah. Demikian pula wisata kuliner dikembangkan untuk mendukung pengembangan wisata alam, wisata buatan, maupun wisata budaya di sekitar kawasan minapolitan.

V.           Penutup
Pengembangan kawasan minapolitan dapat berjalan dengan baik jika dilakukan bersama oleh stakeholder yang ada di Kabupaten Cilacap. Kebijakan ini harus didukung oleh semua pihak baik pemerintah, swasta, dan masyarakat, oleh karena itu pengembangan kawasan ini harus melibatkan semua pihak mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Pemerintah dapat berperan sebagai fasilitator dan regulator bagi swasta dan masyarakat agar berperan aktif. Keterlibatan semuan pihak akan mendorong rasa memiliki sehingga timbul tanggung jawab untuk menyukseskan pengembangan kawasan minapolitan.