23 April 2014

Ikhlas

 IKHLAS

Dari Amirul Mu’minin, (Abu Hafsh atau Umar bin Khottob rodiyallohu’anhu) dia berkata: ”Aku pernah mendengar Rosululloh shollallohu’alaihi wassalam bersabda: ’Sesungguhnya seluruh amal itu tergantung kepada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai niatnya. Oleh karena itu, barangsiapa yang berhijrah karena Alloh dan Rosul-Nya, maka hijrahnya kepada Alloh dan Rosul-Nya. Dan barangsiapa yang berhijrah karena (untuk mendapatkan) dunia atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya itu kepada apa yang menjadi tujuannya (niatnya).’” (Diriwayatkan oleh dua imam ahli hadits; Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrohim bin Mughiroh bin Bardizbah Al-Bukhori dan Abul Husain Muslim bin Al-Hajjaj bin Muslim Al-Qusairy An-Naisabury di dalam kedua kitab mereka yang merupakan kitab paling shahih diantara kitab-kitab hadits)[1]
Kedudukan Hadits
Materi hadits pertama ini merupakan pokok agama. Imam Ahmad rahimahullah berkata: “Ada Tiga hadits yang merupakan poros agama, yaitu hadits Úmar, hadits Aísyah, dan hadits Nu’man bin Basyir.” Perkataan Imam Ahmad rahimahullah tersebut dapat dijelaskan bahwa perbuatan seorang mukallaf bertumpu pada melaksanakan perintah dan menjauhi larangan. Inilah halal dan haram. Dan diantara halal dan haram tersebut ada yang mustabihat (hadits Nu’man bin Basyir). Untuk melaksanakan perintah dan menjauhi larangan dibutuhkan niat yang benar (hadits Úmar), dan harus sesuai dengan tuntunan syariát (hadits Aísyah).

Keistimewaan Anak Perempuan

Keistimewaan Anak Perempuan

Anak adalah anugerah Allah, laki-laki atau perem­puan adalah sama. Yang penting tinggal bagaimana orangtua mendidiknya, sehingga menj adi anak yang shalih-shalihah. Bukankah Al-Qur'an telah mengilus­trasikan: "Kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bu­mi. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dia memberikan anak perempuan kepada yang Dia ke­hendaki, dan memberikan anak laki-laki kepada yang Dia kehendaki. Atau Dia menganugerahkan kedua je­nis laki-laki dan perempuan kepada siapa yang dike­hendaki, dan Dia menjadikan mandul kepada siapa yang dikehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Menge­tahui lagi Maha Kuasa." (QS. Asy-Syura: 49-50).
Allah memerinci pemberian keturunan bagi sepa­sang suami-istri menjadi empat macam: Diberi ketu­runan perempuan saja, laki-laki saja, laki-laki dan per­empuan, dan ada yang mandul (tidak punya keturun­an). Semua itu terdapat dalam kehidupan di dunia ini. Allah menegaskan, bahwa anak yang telah ditakdir­kan untuk sepasang suami-istri merupakan anugerah dari sisi-Nya yang patut untuk disyukuri. Oleh karena itu pantas sekali apabila ada orang yang merasa malu mempunyai anak perempuan, kemudian mendapat kutukan dan laknat Allah. Bagaimanapun anak per­empuan juga bagian daripada karunia Allah. Orang yang merasa malu mempunyai anak perempuan, berarti masih terwarisi akhlak jahiliyah. Yakni seba­gaimana diilustrasikan dalam Al-Qur'an: "Dan apabila seseorang di antara mereka diberi khabar dengan ke­lahiran anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. Dia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita disampaikan kepadanya. Apakah dia akan me­meliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah hidup-hidup. Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu." (QS. An-Nahl: 58-59).