I. Latar Belakang
Jamban merupakan suatu bangunan yang digunakan untuk
tempat membuang dan mengumpulkan kotoran/najis manusia yang lazim disebut kakus
atau WC, sehingga kotoran tersebut disimpan dalam suatu tempat tertentu dan
tidak menjadi penyebab atau penyebar penyakit dan mengotori lingkungan
pemukiman. Jamban terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher
angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan
kotoran dan air untuk membersihkannya. Jamban cemplung digunakan untuk
daerah yang sulit air sedangkan damban tangki septik/leher angsa digunakan
untuk daerah yang cukup air dan daerah padat penduduk.
Fungsi jamban dari aspek kesehatan lingkungan antara
lain dapat mencegah berkembangnya berbagai penyakit yang disebabkan oleh kotoran
manusia. Sementara dampak serius membuang kotoran di sembarang tempat
menyebabkan pencemaran tanah, air dan udara karena menimbulkan bau. Pembuangan
tinja yang tidak dikelola dengan baik berdampak mengkawatirkan terutama pada
kesehatan dan kualitas air untuk rumah tangga maupun keperluan komersial.
Jamban merupakan sanitasi dasar penting yang harus
dimiliki setiap masyarakat. Namun demikian, akses pada penggunaan jamban sehat
pada saat ini memang masih menjadi masalah serius di banyak negara berkembang,
seperti Indonesia. Belum semua penduduk di Indonesia yang sudah mendapatkan
akses pada penggunaan jamban. Masih tingginya angka buang air besar pada
sebarang tempat atau open defecation,
menjadi salah satu indikator rendahnya akses ini.
Alasan utama yang selalu diungkapkan masyarakat
mengapa sampai saat ini belum memiliki jamban keluarga adalah tidak atau belum
mempunyai uang. Melihat faktor kenyataan tersebut, sebenarnya tidak adanya
jamban di setiap rumah tangga bukan semata faktor ekonomi, tetapi juga dipengaruhi
oleh kesadaran masyarakat untuk menerapkan pola hidup sehat (PHBS).
Dampak serius yang ditimbulkan kondisi diatas sangat
diyakini banyak pihak, berpengaruh baik secara ekonomi maupun kesehatan
masyarakat. Menurut studi yang dilakukan World Bank, Indonesia kehilangan lebih
dari Rp 58 triliun, atau setara dengan Rp 265.000 per orang per tahun karena
sanitasi yang buruk. Dan sebagai akibat dari sanitasi yang buruk ini,
diperkirakan menyebabkan angka kejadian diare sebanyak 121.100 kejadian dan mengakibatkan
lebih dari 50.000 kematian setiap tahunnya. Sebuah fakta yang seharusnya mampu
menyengat kita para pemerhati dan praktisi kesehatan masyarakat.
Masih tingginya angka buang air besar pada sebarang
tempat juga terjadi di Kabupaten Cilacap. Menurut Data Dasar Kepemilikan dan
Akses Sarana Sanitasi Dasar Kabupaten Cilacap, penduduk yang telah mendapatkan
akses pada penggunaan jamban sehat di Kabupaten Cilacap pada tahun 2014 baru
mencapai 69,8% dari jumlah penduduk sebesar 2.112.961 jiwa. Berarti, masih
terdapat 30,2% penduduk atau 638.584 jiwa (144.091 keluarga) yang belum
memiliki akses pada penggunaan jamban sehat. Sementara itu, target MDs pada
tahun 2015 untuk akses pada penggunaan jamban sehat adalah 75%. Sedangkan
target nasional yang dicanangkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat, pada tahun 2019 akses sanitasi adalah sebesar 100%. Kondisi ini
menyebabkan Pemerintah Kabupaten Cilacap untuk mengambil langkah dalam rangka
percepatan capaian akses pada penggunaan jamban sehat.
Gambar 1. Peta Cakupan Akses Penduduk terhadap Jamban Bersih di
Kabupaten Cilacap Tahum 2014
II. Analisis Masalah
Tingginya angka buang air besar pada sebarang tempat
di Kabupaten Cilacap tersebar di seluruh wilayah. Hal ini tercermin dari Data Kepemilikan
& Akses Sarana Sanitasi Dasar di Kabupaten Cilacap yang menyatakan bahwa
semua kecamatan belum dapat mencapai target nasional (100%) untuk akses pada
penggunaan jamban sehat dan hanya sebagian kecil yang sudah mencapai target
MDGs (75%).
NO
|
Kecamatan
|
Jumlah Penduduk
(Jiwa)
|
Penduduk yang
Memiliki
Akses
Pada Penggunaan Jamban Sehat
|
|
Jumlah
(Jiwa)
|
Persentase
(%)
|
|||
1
|
Dayeuhluhur
|
58.963
|
48.277
|
81,9
|
2
|
Wanareja
|
131.737
|
76.950
|
58,4
|
3
|
Majenang
|
143.107
|
96.351
|
67,3
|
4
|
Cimanggu
|
107.943
|
62.612
|
58,0
|
5
|
Karangpucung
|
87.460
|
63.561
|
72,7
|
6
|
Cipari
|
77.595
|
56.763
|
73,2
|
7
|
Sidareja
|
70.374
|
40.754
|
57,9
|
8
|
Kedungreja
|
82.487
|
58.938
|
71,5
|
9
|
Patimuan
|
55.111
|
27.501
|
49,9
|
10
|
Gandrungmangu
|
104.517
|
78.949
|
75,5
|
11
|
Bantarsari
|
94.586
|
59.151
|
62,5
|
12
|
Kawunganten
|
94.797
|
61.542
|
64,9
|
13
|
Kampung Laut
|
18.450
|
1.303
|
7,1
|
14
|
Jeruklegi
|
82.443
|
57.876
|
70,2
|
15
|
Kesugihan
|
140.545
|
109.518
|
77,9
|
16
|
Adipala
|
98.300
|
83.437
|
84,9
|
17
|
Sampang
|
48.323
|
32.470
|
76,1
|
18
|
Maos
|
47.906
|
36.463
|
67,2
|
19
|
Kroya
|
114.530
|
92.652
|
80,9
|
20
|
Binangun
|
79.145
|
48.974
|
61,9
|
21
|
Nusawungu
|
111.151
|
51.191
|
46,1
|
22
|
Cilacap Selatan
|
92.229
|
82.906
|
89,9
|
23
|
Cilacap Tengah
|
90.196
|
76.554
|
84,9
|
24
|
Cilacap Utara
|
81.066
|
69.681
|
86,0
|
2.112.961
|
1.474.377
|
69,8
|
Sumber: Data Dasar Kepemilikan
dan Akses Sarana Sanitasi Dasar Kabupaten Cilacap
Akses penduduk
pada penggunaan jamban sehat di Kabupaten Cilacap yang
masih rendah berakibat pada rendahnya kualitas hidup masyarakat. Hal ini
ditandai dengan masih tingginya angka
buang air besar pada sebarang tempat. Kondisi ini mengakibatkan lingkungan
tidak bersih, tidak sehat dan berbau, mengakibatkan pencemaran sumber air yang
ada di sekitarya serta mengundang datangnya lalat atau serangga yang dapat
menjadi penular penyakit seperti Diare, Kolera Disentri, Thypus, kecacingan,
penyakit saluran pencernaan, penyakit kulit dan keracuanan. Data dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Cilacap menunjukkan bahwa penyakit-penyakit yang
diakibatkan oleh sumber air yang tercemar tersebut masih banyak didederita oleh
penduduk di Kabupaten Cilacap.
Jenis Penyakit
|
2012
|
2013
|
||
Jumlah
|
Persentase
|
Jumlah
|
Persentase
|
|
(1)
|
(2)
|
(3)
|
(4)
|
(5)
|
|
109.225
28.242
26.784
18.803
17.503
17.390
12.336
12.030
10.414
9.833
-
|
41,60
10,76
10,20
7,16
6,67
6,62
4,70
4,58
3,97
3,74
-
|
124.290
35.355
38.190
26.460
29.715
24.870
13.980
14.640
14.655
-
14.790
|
36,88
10,49
11,35
7,85
8,82
7,38
4,16
4,34
4,35
-
4,39
|
J u m l a h
|
262.560
|
100,00
|
337.045
|
100,00
|
Catatan data yang kosong tidak termasuk 10 besar penyakit.
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap
Akses penduduk pada
penggunaan jamban sehat di Kabupaten Cilacap yang masih rendah disebabkan
karena belum semua keluarga memiliki jamban sendiri. Hal ini disebabkan karena
sebagian masyarakat tidak memiliki dana yang cukup untuk membuat jamban
keluarga, sementara itu tidak bantuan terhadap mereka tidak tesedia. Sebagian
lainnya memang benar-benar sangat rendah tingkat ekonominya (miskin) sehingga
tidak mampu menyediakan jamban sehat karena pengeluarannya lebih banyak
digunakan untuk kebutuhan pokok berupa kebutuhan makan sehari-hari sehingga
kurang memperhatikan kebutuhan sanitasi dan lebih memilih buang air besar pada sebarang tempat. Meskipun
cenderung menurun, jumlah rumah tangga miskin di Kabupaten Cilacap masih tinggi
yaitu sebanyak 140.943 rumah tangga pada tahun 2014. Sedangkan
keluarga yang belum memiliki akses pada penggunaan jamban sehat sebanyak
144.091 keluarga.
Tabel
3. Jumlah Rumah Tangga Miskin (RTM) di Kabupaten Cilacap
NO
|
Kecamatan
|
Jumlah RTM
|
|||
2005
|
2008
|
2011
|
2014
|
||
1
|
Dayeuhluhur
|
5.020
|
5.353
|
5.578
|
4.655
|
2
|
Wanareja
|
8.306
|
7.635
|
9.412
|
7.854
|
3
|
Majenang
|
14.461
|
12.215
|
13.080
|
10.914
|
4
|
Cimanggu
|
8.717
|
7.460
|
9.560
|
7.977
|
5
|
Karangpucung
|
8.134
|
6.774
|
8.757
|
7.307
|
6
|
Cipari
|
7.695
|
6.482
|
6.688
|
5.581
|
7
|
Sidareja
|
6.598
|
5.888
|
6.515
|
5.436
|
8
|
Kedungreja
|
7.089
|
4.733
|
7.503
|
6.261
|
9
|
Patimuan
|
6.088
|
5.596
|
5.432
|
4.533
|
10
|
Gandrungmangu
|
11.827
|
10.282
|
12.202
|
10.182
|
11
|
Bantarsari
|
6.774
|
6.202
|
7.030
|
5.866
|
12
|
Kawunganten
|
8.686
|
7.784
|
9.356
|
7.807
|
13
|
Kampung Laut
|
3.099
|
2.283
|
1.987
|
1.658
|
14
|
Jeruklegi
|
6.694
|
6.504
|
7.069
|
5.899
|
15
|
Kesugihan
|
9.769
|
9.205
|
9.458
|
7.892
|
16
|
Adipala
|
6.305
|
6.633
|
6.694
|
5.586
|
17
|
Sampang
|
2.795
|
2.601
|
2.832
|
2.363
|
18
|
Maos
|
3.063
|
2.884
|
3.711
|
3.097
|
19
|
Kroya
|
9.178
|
8.721
|
10.529
|
8.786
|
20
|
Binangun
|
6.730
|
5.278
|
6.915
|
5.770
|
21
|
Nusawungu
|
8.659
|
7.570
|
8.928
|
7.450
|
22
|
Cilacap Selatan
|
6.292
|
5.101
|
3.489
|
2.911
|
23
|
Cilacap Tengah
|
5.390
|
4.502
|
2.989
|
2.494
|
24
|
Cilacap Utara
|
3.064
|
3.021
|
3.193
|
2.664
|
Jumlah
|
170.433
|
150.707
|
168.907
|
140.943
|
Sumber: Data Indikator
Pembangunan Kabupaten Cilacap Tahun 2014
Rendahnya
tingkat ekonomi mayarakat di Kabupaten Cilacap disebabkan oleh rendahnya
tingkat pendapatan masyarakat. Rendahnya tingkat pendapatan masyarakat terlihat
dari masih rendahnya Upah Minimum Kabupaten (UMK) yang masih dibawah Kebutuhan
Hidup Layak (KHL). Apalagi masih banyak pekerja di sektor informal dan banyak
yang mendapat upah dibawah UMK.
Rendahnya
tingkat ekonomi mayarakat di Kabupaten Cilacap juga disebabkan oleh masih
tingginya angka pengangguran, meskipun jumlah pengangguran mengalami tren yang
semakin menurun. Masih tingginya pengangguran ini disebabkan keterbatasan
lapangan kerja sehingga banyak angkatan kerja yang tidak terserap oleh dunia
usaha.
Sumber : LP2KD Kabupaten
Cilacap tahun 2015
Gambar 3. Grafik Perkembangan KHL yang Dijadikan Dasar Perhitungan
UMK Kabupaten Cilacap Tahun 2010-2014
Sumber : LP2KD Kabupaten Cilacap tahun 2015
Tabel 4. Perkembangan Angka Melek Huruf dan Rata-rata Lama Sekolah di Kabupaten Cilacap
Sumber:
Indikator Pembangunan Kabupaten Cilacap Tahun 2014
IV. PERUMUSAN ALTERNATIF SOLUSI
Sumber: LP2KD
Kabupaten Cilacap tahun 2015
Akses
penduduk pada penggunaan jamban sehat di Kabupaten Cilacap yang masih rendah
juga karena disebabkan jumlah jamban komunal yang dibangun belum mencukupi.
Jamban komunal untuk keluarga miskin yang tidak memiliki jamban keluarga selama
ini dibangun oleh Pemerintah dan swasta. Pemerintah Kabupaten Cilacap setiap
tahunnya telah membangun jamban komunal melalui anggaran Pemerintah Pusat,
Provinsi dan Kabupaten. Pembangunan jamban komunal juga dibangun oleh pihak
swasta oleh perusahaan-perusahaan di Kabupaten Cilacap melalui program Corporate Social Responsibility (CSR).
Jamban sehat bagi penduduk tidak mampu juga dibangun oleh TNI melalui kegiatan
TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD). Namun, jumlah jamban komunal yang tersedia
belum bisa mencukupi kebutuhan bagi penduduk yang belum memiliki jamban
keluarga. Akibatnya, banyak penduduk yang masih buang air besar sembarangan.
Faktor lain yang menjadi penyebab masih rendahnya akses pada
penggunaan jamban sehat di Kabupaten Cilacap adalah rendahnya kesadaran
masyarakat akan hidup bersih. Kondisi ini dipengaruhi oleh tingkat pendidikan
yang relatif masih rendah yang ditandai oleh rata-rata lama sekolah yang masih
rendah dan angka melek huruf. Rata-rata lama sekolah di Kabupaten Cilacap masih
lebih rendah dibanding rata-rata lama sekolah Provinsi Jawa Tengah. Sedangkan
angka melek huruf sudah sedikit diatas angka melek huruf provinsi Jawa Tengah,
tetapi masih belum bisa mencapai 100%. Rendahnya kesadaran masyarakat akan
hidup bersih di Kabupaten Cilacap juga disebabkan oleh masih kurangnya kegiatan
penyuluhan kesehatan kepada masyarakat yang dilakukan oleh petugas kesehatan.
Tabel 4. Perkembangan Angka Melek Huruf dan Rata-rata Lama Sekolah di Kabupaten Cilacap
Tahun
|
Angka
Melek Huruf
(persen)
|
Rata-rata
Lama Sekolah
(tahun)
|
2009
2010
2011
2012
2013
|
90,28
90,28
91,48
91,49
91,97
|
6,72
6,85
6,86
6,87
7,06
|
Prov Jateng 2013
|
91,71
|
7,43
|
Gambar 5. Diagram Pohon Masalah
III. Perumusan Tujuan
3.1.
Tujuan Perencanaan
Tujuan dari perencanaan ini
adalah adalah menyusun suatu perencanaan untuk meningkatkan akses penduduk pada
penggunaan jamban sehat di Kabupaten Cilacap dapat mencapai target nasional
sebesar 100% pada tahun 2019 sesuai Perpres Nomor 185 Tahun 2014 tentang
Percepatan Penyedian Air Minum dan Sanitasi. Agar dapat mencapai target
tersebut maka Kabupaten Cilacap harus dapat meningkatkan akses penduduk pada
penggunaan jamban sehat sebesar 30,2% atau sebesar 638.584 orang (144.091 KK)
selama 4 tahun (2016–2019). Hal ini berarti setiap tahun Kabupaten Cilacap
harus dapat meningkatkan akses penduduk pada penggunaan jamban sehat sebesar
7,55% per tahun atau 159.646 orang (36.023 KK) per tahun.
3.2.
Manfaat
Manfaat
dari penyusunan dokumen perencanaan ini adalah diperolehnya suatu strategi untuk
meningkatkan akses penduduk pada
penggunaan jamban sehat di Kabupaten Cilacap minimal 7,55% per tahun selama 4
tahun (2016 – 2019) sehingga menjadi 100%.
3.3.
Output
Output dari penulisan ini adalah tersusunnya dokumen
strategi peningkatan akses penduduk pada penggunaan jamban sehat di Kabupaten
Cilacap.
IV. PERUMUSAN ALTERNATIF SOLUSI
Dari uraian permasalahan penyebab masih
rendahnya jumlah penduduk
yang mendapat akses jamban sehat di
Kabupaten Cilacap dan dikaitkan dengan tujuan terhadap
capain jumlah penduduk
yang mendapat akses jamban sehat di
Kabupaten Cilacap agar meningkat sebesar 30,2% selama empat
tahun kedepan, maka selanjutnya dilakukan analisis untuk menentukan alternatif
solusi. Dengan menggunakan analisa
pohon kebijakan yang diturunkan dari analisa pohon masalah, maka dihasilkan
perumusan alternatif solusi untuk meningkatkan jumlah penduduk yang mendapat akses jamban sehat di Kabupaten Cilacap.
Gambar 6. Diagram Pohon Solusi
V. PENGKAJIAN ALTERNATIF
Berdasarkan analisis permasalahan, tujuan yang
ditetapkan, analisis pohon masalah dan analisi pohon kebijakan, maka untuk meningkatkan
akses penduduk terhadap jamban bersih di Kabupaten Cilacap teridentifikasi
beberapa kemungkinan strategi, yaitu:
1).
Pembangunan jamban komunal
2).
Meningkatkan UMK diatas KLH
3).
Menurunkan angka pengangguran
4).
Pemberian bantuan atau stimulan untuk
membangun jamban keluarga
5).
Meningkatkan taraf pendidikan masyarakat
6).
Meningkatkan kegiatan penyuluhan
kesehatan kepada masyarakat
Langkah selanjutnya adalah memilih strategi utama
yang akan dijalankan dengan kerangka waktu dan tujuan yang hendak dicapai.
Metode yang akan digunakan dalam kajian ini adalah dengan
menggunakan matrik USG (Urgency,
Seriousness and Growth). Urgency mengindikasikan
seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas, yang dikaitkan dengan waktu yang
tersedia serta berapa keras tekanan waktu tersebut untuk memecahkan masalah
yang menjadi isu strategis, Seriosness
mengindikasikan seberapa serius isu tersebut perlu dibahas dikaitkan dengan
akibat yang timbul dengan penundaan pemecahan masalah yang menimbulkan isu
tersebut, Growth mengindikasikan
seberapa kemungkinan-kemungkinan isu tersebut menjadi berkembang dikaitkan
kemungkinan masalah penyebab isu akan makin memburuk kalau dibiarkan.
Dalam
menganalisa keterkaitan isu aktual dengan menggunakan tingkat USG, penilaian
dilakukan melalui Rating Scale (skala nilai). Terkait dengan tujuan yang akan
dicapai maka skala nilai dilakukan dengan memberi angka 1 – 5 yang pada masing
masing isu strategis aktual tersebut. Semakin kuat tingkat keterkaitan isu
dengan tingkat USG maka nilainya semakin besar. Makna dari skala nilai tersebut
adalah:
Nilai 5 untuk isu
startegi yang memiliki keterkaitan sangat kuat.
Nilai 4 untuk
isu strategis yang memiliki keterkaitan kuat
Nilai 3 untuk
isu startegis yang memiliki keterkaitan cukup kuat.
Nilai 2 untuk
isu strategis yang memiliki keterkaitan kurang kuat.
Nilai 1 untuk
isu yang memiliki ketarkaitan tidak kuat.
Hasil penilaian
dengan menggunakan matrik tingkat USG terhadap isu tretagis terkait dengan
peningkatan akses penduduk terhadap jamban bersih di Kabupaten Cilacap di
Kabupaten Cilacap adalah sebagai berikut :
No
|
Strategi
|
Skor
|
Jumlah
|
||
U
|
S
|
G
|
|||
1
|
Pembangunan
jamban komunal
|
5
|
5
|
4
|
14
|
2
|
Meningkatkan
UMK diatas KLH
|
3
|
4
|
4
|
11
|
3
|
Menurunkan
angka pengangguran
|
3
|
3
|
3
|
9
|
4
|
Pemberian
bantuan atau stimulan untuk membangun jamban keluarga
|
5
|
5
|
4
|
14
|
5
|
Meningkatkan
taraf pendidikan masyarakat
|
3
|
4
|
3
|
10
|
6
|
Meningkatkan
kegiatan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat
|
4
|
4
|
4
|
12
|
Sumber: Data yang telah diolah, 2015
Dari hasil pembobotan ranking, maka telah dipilih
strategi utama yang paling optimal yaitu yang memiliki nilai terbesar bila
dianalisis dari semua aspek yaitu: pemberian bantuan atau stimulan dan
pembuatan jamban komunal. Pemberian stimulus ditujukan kepada masyarakat yang
hampir miskin, sedangkan pembuatan jamban komunal diperuntukan bagi masyarakat
yang miskin dan sangat miskin.
Agar dapat mencapai target nasional berupa akses
penduduk terhadap jamban bersih 100% pada tahun 2019, maka Kabupaten Cilacap
harus meningkatkan akses terhadap jamban sehat bagi 36.023 KK (159.646 orang) setiap
tahunnya selama 4 tahun (2016 – 2019), maka program stimulan pembangunan jamban
keluarga direncanakan sebanyak 11.452 unit. Sedangkan program pembuatan jamban
komunal sebanyak 4.342 unit untuk 17.366 KK.
VI. RENCANA PELAKSANAAN
Dalam
kaitannya dengan tujuan yang akan di capai terkait strategi peningkatan jumlah
penduduk yang mendapatkan akses jamban sehat di Kabupaten Cilacap, maka kebijakan yang diambil adalah dengan meningkatkan jumlah jamban sehat melalui Pemberian Stimulan Pembangunan
Jamban Keluarga dan Pembangunan Jamban Komunal. Adapun rencana pembangunan
jamban sehat di Kabupaten Cilacap selama tahun 2016 – 2019 adalah sebagai
berikut:
NO
|
Kecamatan
|
2016
|
2017
|
2018
|
2019
|
||||
Jamban Keluarga
|
Jamban Komunal
|
Jamban Keluarga
|
Jamban Komunal
|
Jamban Keluarga
|
Jamban Komunal
|
Jamban Keluarga
|
Jamban Komunal
|
||
1
|
Dayeuhluhur
|
1.281
|
139
|
1.281
|
139
|
1.281
|
139
|
1.281
|
139
|
2
|
Wanareja
|
1.918
|
520
|
1.918
|
520
|
1.918
|
520
|
1.918
|
520
|
3
|
Majenang
|
1.091
|
479
|
1.091
|
479
|
1.091
|
479
|
1.091
|
479
|
4
|
Cimanggu
|
840
|
387
|
840
|
387
|
840
|
387
|
840
|
387
|
5
|
Karangpucung
|
1.034
|
378
|
1.034
|
378
|
1.034
|
378
|
1.034
|
378
|
6
|
Cipari
|
589
|
210
|
589
|
210
|
589
|
210
|
589
|
210
|
7
|
Sidareja
|
461
|
180
|
461
|
180
|
461
|
180
|
461
|
180
|
8
|
Kedungreja
|
845
|
288
|
845
|
288
|
845
|
288
|
845
|
288
|
9
|
Patimuan
|
609
|
252
|
609
|
252
|
609
|
252
|
609
|
252
|
10
|
Gandrungmangu
|
413
|
237
|
413
|
237
|
413
|
237
|
413
|
237
|
11
|
Bantarsari
|
340
|
168
|
340
|
168
|
340
|
168
|
340
|
168
|
12
|
Kawunganten
|
425
|
176
|
425
|
176
|
425
|
176
|
425
|
176
|
13
|
Kampung
Laut
|
197
|
105
|
197
|
105
|
197
|
105
|
197
|
105
|
14
|
Jeruklegi
|
489
|
241
|
489
|
241
|
489
|
241
|
489
|
241
|
15
|
Kesugihan
|
150
|
59
|
150
|
59
|
150
|
59
|
150
|
59
|
16
|
Adipala
|
831
|
271
|
831
|
271
|
831
|
271
|
831
|
271
|
17
|
Sampang
|
304
|
65
|
304
|
65
|
304
|
65
|
304
|
65
|
18
|
Maos
|
1.337
|
262
|
1.337
|
262
|
1.337
|
262
|
1.337
|
262
|
19
|
Kroya
|
98
|
62
|
98
|
62
|
98
|
62
|
98
|
62
|
20
|
Binangun
|
945
|
265
|
945
|
265
|
945
|
265
|
945
|
265
|
21
|
Nusawungu
|
138
|
42
|
138
|
42
|
138
|
42
|
138
|
42
|
22
|
Cilacap Selatan
|
378
|
112
|
378
|
112
|
378
|
112
|
378
|
112
|
23
|
Cilacap Tengah
|
247
|
118
|
247
|
118
|
247
|
118
|
247
|
118
|
24
|
Cilacap
Utara
|
273
|
180
|
273
|
180
|
273
|
180
|
273
|
180
|
Jumlah
|
15.231
|
5.198
|
15.231
|
5.198
|
15.231
|
5.198
|
15.231
|
5.198
|
Sumber:
Hasil Analisis
Gambar 7.
Lokasi Rencana Pembangunan Jamban Sehat di Kabupaten Cilacap
Langkah selanjutnya adalah merumuskan program dan kegiatan apa saja yang dapat dilakukan unutk mendukung
tujuan yang akan dicapai. Dari masing masing program/kegiatan
kemudian disusun rencana
waktu pelaksanaan, sasaran dan rencana anggaran yang digunakan.
Program/Kegiatan
|
Bulan
ke
|
||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
||
1.
|
Pemberian Stimulan Pembangunan Jamban Keluarga
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Perencanaan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Sosialisasi dan
pendampingan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Penyediaan lahan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pembangunan
jamban keluarga
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pengawasan
pembangunan jamban keluarga
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pendampingan
pemeliharaan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Evaluasi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2.
|
Pembangunan Jamban Komunal
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Perencanaan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Sosialisasi dan
pendampingan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Penyediaan lahan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pembangunan
jamban komunal
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pendampingan
pemeliharaan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Evaluasi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Sumber:
Data yang telah diolah, 2015
|
No
|
Program/Kegiatan
|
Penanggungjawab
|
Indikator
Kinerja
|
Keterangan
|
1
|
Pemberian
Stimulan Pembangunan Jamban Keluarga
|
|
|
|
|
Perencanaan
|
Bappeda, DCKTR,
dan Masyarakat
|
Dokumen Rencana
Pelaksanaan Kegiatan
|
Meliputi:
Jumlah, Sebaran (lokasi), KK, Pendanaan
|
|
Sosialisasi
dan pendampingan
|
Dinas
Kesehatan dan DCKTR
|
Jumlah
KK yang mendapat sosialisai dan pendampingan
|
KK
yang akan mendapatkan stimulus
|
|
Penyediaan
lahan
|
Masyarakat
|
Jumlah
KK yang sudah menyiapkan lahan sesuai
|
Lahan
yang disiapkan harus memenuhi syarat teknis
|
|
Pembangunan
jamban keluarga
|
Masyarakat
|
Jumlah
KK yang membangun jamban keluarga
|
Pembangunan
dilakukan secara mandiri oleh masyarakat
|
|
Pengawasan
pembangunan jamban keluarga
|
DCKTR
|
Jumlah
jamban keluarga yang dibangun sesuai ketentuan
|
|
|
Pendampingan
pemeliharaan
|
Dinas
Kesehatan
|
Jumlah
jamban keluarga terpelihara
|
|
|
Evaluasi
|
Bappeda
|
Jumlah
jamban keluarga yang dibangun tepat sasaran
|
Meliputi:
Jumlah, Sebaran (lokasi), KK, Pendanaan
|
2
|
Pembangunan Jamban Komunal
|
|
|
|
|
Perencanaan
|
Bappeda, DCKTR,
CSR dan Masyarakat
|
Dokumen Rencana
Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Jamban Komunal
|
Meliputi:
Jumlah, Sebaran (lokasi), KK Pengguna, Pendanaan
|
|
Sosialisasi
dan pendampingan
|
Dinas
Kesehatan
dan
DCKTR
|
Jumlah
KK yang mendapat sosialisai dan pendampingan
|
KK
yang akan mendapatkan fasilitas jamban komunal
|
|
Penyediaan
lahan
|
Masyarakat
|
Jumlah
lahan yang sudah disiapkan
|
Lahan
yang disiapkan harus memenuhi syarat teknis
|
|
Pembangunan
jamban komunal
|
DCKTR
|
Jumlah
jamban komunal yang dibangun
|
|
|
Pendampingan
pemeliharaan
|
Dinas
Kesehatan
|
Jumlah
jamban komunal yang terpelihara
|
|
|
Evaluasi
|
Bappeda
|
Jumlah
jamban komunal yang dibangun tepat sasaran
|
Meliputi:
Jumlah, Sebaran (lokasi), KK Pengguna, Pendanaan
|
VII. RENCANA MONITORING DAN EVALUASI
Tujuan utama monitoring dan evaluasi ini adalah
menetapkan kerangka kerja untuk mengukur dan memperbaharui kondisi, juga
memantau dampak, hasil dan keluaran dari kegiatan, untuk memastikan bahwa
tujuan dan sasaran yang ada sudah dilaksanakan secara efektif. Monitoring dan
evaluasi adalah alat pengelolaan multi fungsi – alat pengendali yang dapat
meningkatkan pembelajaran, transparansi dan akhirnya proses pengambilan
keputusan. Strategi monev akan dijadikan pedoman dalam pelaksanaan monitoring
dan evaluasi Pembangunan Jamban Sehat di Kabupaten Cilacap
Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan
dilakukan oleh tim yang terdiri dari berapa unsur terkait sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya serta
masyarakat dapat melaporkan program dan kegiatan yang tidak sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan disertai dengan data dan informasi yang akurat.
Untuk memudah dalam pelaksanan kegiatan monitoring
terhadap pelaksaaan kegiatan dalam
rangka meningkatkan akses penduduk terhadap penggunaan jamban sehat di
Kabupaten Cilacap maka disusunlah isian tabel Indikator Monitoring dan Evaluasi program kegiatan sebagai berikut.
NO
|
PROGRAM / KEGIATAN
|
PENANGGUNG JAWAB
|
WAKTU
|
PENDANAAN
|
OUTPUT
|
||||
TARGET
|
REALISASI
|
TARGET
|
REALISASI
|
TARGET
|
REALISASI
|
TARGET
|
REALISASI
|
||
I
|
Pemberian Stimulan Pembangunan Jamban
Keluarga
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1
|
Perencanaan
|
Bappeda, DCKTR, Masyarakat
|
|
Bulan
ke-1 s/d 3
|
|
80.000.000
|
|
15.231 unit (KK, lokasi,
pendanaan)
|
|
2
|
Sosialisasi dan pendampingan
|
Dinas Kesehatan dan DCKTR
|
|
Bulan
ke-2 s/d 6
|
|
155.000.000
|
|
15.231 KK
|
|
3
|
Penyediaan lahan
(lahan milik masyarakat)
|
Masyarakat
|
|
Bulan
ke-4 s/d 7
|
|
0
|
|
15.231 unit
|
|
4
|
Pembangunan jamban keluarga
|
Masyarakat
|
|
Bulan
ke-6 s/d 10
|
|
11.423.250.000
|
|
15.231 unit
|
|
|
(Pembiayaan 60% masyarakat, 40% Pemerintah)
|
DCKTR
|
|
|
|
7.615.500.000
|
|
|
|
5
|
Pengawasan pembangunan jamban keluarga
|
DCKTR
|
|
Bulan
ke-6 s/d 10
|
|
155.000.000
|
|
15.231 unit
|
|
6
|
Pendampingan pemeliharaan
|
Dinas Kesehatan
|
|
Bulan
ke-6 s/d 12
|
|
155.000.000
|
|
15.231 unit
|
|
7
|
Evaluasi
|
Bappeda
|
|
Bulan
ke-6 dan ke-12
|
|
80.000.000
|
|
15.231 unit
|
|
|
Jumlah
|
|
|
|
|
19.663.750.000
|
|
|
|
II
|
Pembangunan Jamban Komunal
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1
|
Perencanaan
|
Bappeda, DCKTR, CSR, Masyarakat
|
|
Bulan
ke-1 s/d 3
|
|
55.000.000
|
|
5.198 unit (KK, lokasi,
pendanaan)
|
|
2
|
Sosialisasi dan pendampingan
|
Dinas
Kesehatan
dan
DCKTR
|
|
Bulan
ke-2 s/d 6
|
|
130.000.000
|
|
5.198 unit (20.791 KK)
|
|
3
|
Penyediaan lahan
(lahan milik masyarakat)
|
Masyarakat
|
|
Bulan
ke-4 s/d 7
|
|
0
|
|
5.198 unit
|
|
4
|
Pembangunan jamban komunal
|
DCKTR
|
|
Bulan
ke-6 s/d 10
|
|
10.396.000.000
|
|
5.198 unit
|
|
|
(Pembiayaan 80% Pemerintah, 20% CSR)
|
CSR
|
|
|
|
2.599.000.000
|
|
|
|
5
|
Pendampingan pemeliharaan
|
Dinas Kesehatan
|
|
Bulan
ke-6 s/d 12
|
|
105.000.000
|
|
5.198 unit (20.791 KK)
|
|
6
|
Evaluasi
|
Bappeda dan CSR
|
|
Bulan
ke-6 dan ke-12
|
|
55.000.000
|
|
5.198 unit
|
|
|
Jumlah
|
|
|
|
|
13.340.000.000
|
|
|
|
VIII. PENUTUP
8.1.
Kesimpulan
1.
Penduduk yang
telah mendapatkan akses penggunaan jamban sehat di Kabupaten Cilacap pada tahun
2014 baru mencapai 69,8%, sedangkan target nasional yang dicanangkan oleh
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat pada tahun 2019 adalah sebesar
100%.
2.
Agar
dapat mencapai target nasional tersebut maka Kabupaten
Cilacap harus dapat meningkatkan akses penduduk pada penggunaan jamban sehat
sebesar 30,2% atau sebesar 638.584 orang (144.091 KK) selama 4 tahun
(2016–2019). Hal ini berarti setiap tahun Kabupaten Cilacap harus dapat
meningkatkan akses penduduk pada penggunaan jamban sehat sebesar 7,55% per
tahun atau 159.646 orang (36.023 KK) per tahun.
3.
Berdasarkan hasil analisa, kebijakan yang diambil adalah dengan meningkatkan jumlah jamban sehat melalui Pemberian Stimulan Pembangunan
Jamban Keluarga dan Pembangunan Jamban Komunal. Hal ini dilakukan dengan mempertimbangkan
keterbatasan sumberdaya yang dimiliki oleh Pemerintah, swasta dan masyarakat,
serta jangka waktu yang pendek.
8.2.
Rekomendasi
1.
Pembiayaan program/kegiatan
dalam rangka meningkatkan akses penggunaan
jamban sehat di Kabupaten Cilacap harus dilakukan secara bersama oleh
Pemerintah, swasta dan masyarakat.
2.
Keterlibatan
berbagai stakeholder, termasuk
masyarakat dan swasta dalam perencanaan program/kegiatan perlu dilakukan sejak
perencanaan agar tepat sasaran.
3.
Pendampingan
terhadap masyarakat penerima program/kegiatan diperlukan agar kemanfaatannya
dapat berkesinambungan.